My Work

Mendidik : Tidak hanya Pedagogik, tetapi Akhlak yang Baik


Guru atau dosen killer namapakanya kerap sekali kita jumpai dalam institusi pendidikan dimanapun. Mulai dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Sekolah tinggi kerap sekali kita jumpai. Namun, untuk kelas dosen ataupun guru yang ‘merokok’ di kelas apalagi saat pembelajaran dilaksanakan tampaknya jarang kita temukan di institusi-institusi pendidikan.
            Tulisan ini hanya sebagai bentuk kritik saja untuk para guru ataupun dosen yang masih memperlihatkan kebiasaan merokok kepada para peserta didiknya saat pembelaaran di kelas berlangsung. Tulisan ini hanya sebagai ungkapan rasa ketidaknyamanan peserta didik dalam suasana pembelajaran yang dibiasakan dengan atmosfer kebulan asap rokok yang dilakukan oleh pendidik.
            Perlu kita ingat, ada beberapa kompetensi yang harus semua pendidik miliki, salah satunya adalah kompetensi kepribadian. Artinya, kompetensi ini menuntut para pendidik dalam mencapai profesionalitas dalam kariernya. Pendidik juga dituntut bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan mencerminkan budaya nasional Indonesia, selain itu harus mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia serta teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Baik itu dosen ataupun guru merupakan seorang yang patut ditiru, patut dijadikan contoh teladan, patut dijadikan panutan dalam berprestasi, patut dipraktikan segala nasihat yang keluar dari mulutnya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dosen ataupun guru merupakan orang tua kedua dalam lingkungan pendidikan formal. Maka, wajar saja jika dosen ataupun guru dijadikan sebagai sosok yang ditiru oleh peserta didiknya, baik dalam hal akademis maupun sikapnya.
Maka, janganlah heran, jika moral para peserta didik telah menyimpang dari tujuan terselenggaranya pendidikan nasional. Bukanlah yang terlahir adalah peserta didik yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Akan tetapi yang terlahir adalah peserta didik yang berakhlak tercela, sakit-sakitan, tidak memilki wawasan yang luas, kreatifitas yang terkubur dalam-dalam, serta sikap mandiri yang seharusnya muncul malah tidak berkembang dalam diri peserta didik. Sikap guru ataupun dosen sangat berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik.
Merokok yang menjadi topik pembicaraan kita kali ini bukanlah sesuatu yang perlu diperlihatkan kepada peserta didik pada saat pembelajaran. Hal itu bukanlah sikap yang perlu ditunjukkan pendidik kepada peserta didik untuk kemudian ditiru. Boleh saja merokok bagi pendidik yang memang perokok, akan tetapi setidaknya hal yang demikian itu tidak diperlihatkan secara jelas di depan para peserta didiknya. Permasalahannya, bukan hanya menyebabkan peserta didik meniru sikap (merokok) tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terlebih lagi hal itulah yang menyebabkan peserta didik mengalami gangguan kesehatan akibat gumpalan asap yang terlanjur dikeluarkan dari rokok tersebut. Jangan hanya menyalahkan peserta didiknya saja, lihat pulalah lingkungan pendidikan yang menjadi lingkungan pembelajaran bagi peserta didik.
Maka dari itu, dengan segala hormat, untuk semua guru ataupun dosen yang masih melakukan rutinitas seperti itu, mohon dengan sangat untuk bisa menghilangkan perilaku yang demikian itu. Mulailah dari meminimalisir hal itu, maka adri situlah akan terlahir kebiasaan baru yang lebih baik. Kebiasaan itulah yang nantinya akan melahirkan karakter baru yang tentunya akan lebih baik dai sebelumnya.
Jangan harap memimpikan pemuda Indonesia memiliki moral bangsa yang berkarakter baik, kalau ternyata pendidik yang menerapkan karakternya saja tidak mencerminkan karakter yang baik. Maka, pendidik tidak hanya sebatas pedagogik tetapi memiliki akhlak yang baik.
Terima kasih, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalam.

Karawang, 09 Agustus 2012
-Redza Dwi Putra-

Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.