Keterasingan sosial dan dehumanisasi
dipercepat oleh adanya komputer, karena interaksi lewat komputer tidak banyak
memerlukan emosi dan keterkaitan sosial. Para ahli sependapat bahwa dampak
negatif substitusi interaksi individu dengan teknologi mengurangi kemampuan
dalam berinteraksi fisik dalam masyarakat. Benarkah demikian?
Keterasingan sosial adalah suatu
situasi dimana seseorang terputus hubungan sosial dengan pihak lain
disekitarnya. Apakah adanya teknologi informasi yang makin maju (terutama
dengan makin meluasnya penggunaan social media) bisa membuat manusia semakin
terasing secara sosial? Saya tidak beranggapan demikian, karena yang terjadi
justru adalah semakin membesarnya lingkaran relasi sosial setiap individu
karena difasilitasi oleh teknologi. Bahkan dalam banyak kasus hubungan
komunikasi dengan teman-teman baru di dunia maya justru lebih intens dan akrab.
Namun dalam banyak kasus juga, ternyata kenyamanan berkomunikasi menggunakan
komputer (termasuk ponsel) membuat mereka melupakan teman-teman “fisik” mereka
yang ada disekitarnya. Jadi keterasingan sosial yang terjadi adalah dalam
lingkup fisik disekitarnya.
Perlu juga ditambahkan bahwa
kualitas komunikasi dan level hubungan sosial pertemanan di dunia maya ternyata
juga memiliki kualitas yang tinggi bahkan dalam beberapa aspek melebihi
kualitas yang dibangun hanya berdasar cara komunikasi fisik dan tradisional.
Teknologi membantu manusia untuk mampu berkomunikasi secara intensif, kontinyu
dan bisa dilakukan bersamaan secara massal. Suatu hal yang sulit dilakukan oleh
pola komunikasi fisik.
Dehumanisasi dapat ditafsirkan
sebagai akibat kemerosotan tata-nilai. Mereka yang menjadi korban dehumanisasi
kehilangan kepekaan kepada nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, kebaikan,
keindahan (estetik) dan kesucian. Mereka hanya peka dan menghargai nilai-nilai
seperti materi (pemilikan kekayaan), hedonisme (kenikmatan jasmani) dan gengsi
(prestise).
Apakah teknologi bisa mendorong
proses dehumanisasi? Jawaban pertanyaan ini bisa sangat kompleks, namun jika
disempitkan kedalam pengaruh teknologi informasi khususnya komputer maka
jawabannya bisa lebih spesifik. Menurut saya pendapat tentang dehumanisasi ini
agak berlebihan. Ada semacam ketakutan berlebihan bahwa komputer akan
memperbudak manusia dan mengubahnya menjadi seoanggok daging dan tulang tanpa
perasaan. Pada kenyataannya komputer memang berhasil mengubah banyak kebiasaan
manusia dimana berbagai pola kehidupan dan kegiatan manusia dipermudah dan
bahkan ditemukan cara baru melakukan banyak hal dalam kehidupan. Namun jika
ditafsirkan bahwa komputer akan bisa merubah manusia menjadi “bukan manusia”,
mungkin pendapat ini juga agak berlebihan. Namun bahwa dehumanisasi yang
dimaksud adalah pada sebatas terjadinya “kelunturan” dan “kemerosotan”
atas nilai-nilai hakiki kemanusiaan, maka hal ini sangat mungkin terjadi.
Bahkan saat ini sudah terjadi.
Sumber
: http://ti4p.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar