Sesaat setelah sang surya tumbang di
kaki langit barat. Lazuardi langit perlahan menjadi hitam kelam. Tak lama
berselang satu persatu bintik-bintik bercahaya mulai berdatangan, disambut pula
dengan sang rembulan yang menyibak kegelapan.
Kini, langit tak lagi gelap-gulita.
Itulah saat orang-orang telah menyebutmu sebagai malam. Ketika manusia
memandang langit malam bak pantulan sinar di pualam.
Mungkin benar. Malam bisa saja menjadi
teman untuk berjuang. Mungkin benar pula, malam adalah waktu yang syahdu untuk
melepas rindu.
Sejak alam ini terkembang, malam
adalah waktu yang tepat untuk melepas penat. Semakin malam menggulung, semakin
banyak pula mata yang seharusnya tertidur. Menutup rapat-rapat pintu hati dan
pikiran. Tetapi bagi sebagian orang, justru malam adalah waktu yang tepat untuk
tetap membuat mata ini tetap terjaga. Karena bagi orang-orang ini, justru pada
saat malamlah pintu-pintu langit terbuka. Membukakan pintu-pintu pikiran dan
hati bagi siapapun yang masih dan sedang tersadar kala malam.
Malam yang hening,
Mungkin benar, saat inilah justru
kita bisa merubah hati dan pikiran kita menjadi bening. Saat mata seharusnya
terlelap, justru kita memilih untuk tetap bersahabat. Walaupun itu menyulitkan,
tetapi kekuatan harapan mampu menenggelamkan kesulitan. Saat mulut seharusnya
puas untuk bercakap, justru kita memilih untuk tetap akrab. Walaupun itu
menyesakkan, tetapi kekuatan tersenyum ternyata mampu menguatkan. Saat ragawi
seharusnya mendapati tempat dan waktu yang tepat untuk beristirahat, justru
kita lebih memilih untuk tetap beranjak. Walaupun itu memberatkan, tetapi
kekuatan kemauan justru akan menegakkan.
Malam,
Bilamana aku habiskan waktu
bersamamu, mungkin langit takkan cemburu.
Aku semakin mengerti bahwa jika aku terus berjuang dalam malam yang sunyi, aku akan menuju sebuah tempat yang istimewa. Tempat yang paling nyaman untuk disinggahi di pedalaman hati.
Aku semakin mengerti bahwa jika aku terus berjuang dalam malam yang sunyi, aku akan menuju sebuah tempat yang istimewa. Tempat yang paling nyaman untuk disinggahi di pedalaman hati.
Aku tak peduli ketika dianggap aneh
oleh orang kebanyakan. Bahkan dianggap gila ketika harus menghabiskan malam.
Tetapi aku sunggu percaya bahwa saat malam yang dihabiskan, justru dari situlah
banyak hal-hal yang didapatkan.
Mungkin karena malam telah menumpah
ruahkan keajaiban besarnya. Mungkin karena malam telah menunjukkan penjelasan
besarnya. Hingga orang-orang yang masih kerap berjuang sampai larut malam
mendapatkan bocorannya.
Barangkali karena saat malam pula pintu langit terbuka untuk menyedot semua do'a-do'a manusia yang setiap waktu dipanjatkan. Mungkin pula pada saat malam, langit menjadi tudung yang senantiasa melindungimu dari ketidakberdayaanmu sebagai manusia.
Barangkali karena saat malam pula pintu langit terbuka untuk menyedot semua do'a-do'a manusia yang setiap waktu dipanjatkan. Mungkin pula pada saat malam, langit menjadi tudung yang senantiasa melindungimu dari ketidakberdayaanmu sebagai manusia.
Itulah malam.
Seperti ada sebuah kemesraan personal antara manusia
dengan Pencipta-Nya. Mengetuk pintu hati siapa saja yang masih ingin dekat
pada-Nya.
Aku percaya,
Tuhan ini Maha Melihat siapa pun yang masih setia
menghabiskan nikmat malam dengan sebaik-baiknya penghabisan.
Aku percaya,
Bahwa Dia-lah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan
disia-siakan oleh-Nya setiap tetes keringat kita.
Aku percaya,
Aku percaya,
Dia-lah sebaik-baikny Dzat Yang Maha Adil untuk
membalas apapun yang diperbuat makhluk-Nya.
Malam,
Terima kasih telah bersedia menjadi
salah satu wahanaku dalam mengarungi samudra kehidupan. Terimakasih.
“Man talabal
ula sahirul layali. Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan,bekerjalah
sampai jauh malam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar