Rindu
itu seperti rasa yang tak menentu. Rindu itu seperti quark, meskipun kecil, tapi sangat berarti. Tentang rindu, kadang
membuat haru dan membisu. Siapa yang tak kenal rindu maka dia seperti tak
pernah menginjak masa lalu. Kadang rindu hadir mengingatkan memori yang pernah
tertoreh. Tak peduli meskipun itu menyedihkan atau menyenangkan, yang jelas rindu
akan selalu mengingatkan.
Tentang
rindu, cobalah kau tanya kepada seorang anak yang jauh dari orang tuanya.
Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada orang tua yang merindukan anaknya yang
telah tiada. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada seorang kekasih yang
terpisah jarak dan waktu. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada seorang
perantau yang merindukkan tanah kelahirannya. Tentang rindu, cobalah kau tanyakan
kepada pelaut yang berlayar mengarungi lautan-yang selalu merindukkan daratan.
Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada sesorang yang sanak keluarganya menjadi
korban atas bencan yang menimpanya. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada
waktu yang telah kau lalui-yang memberimu kenangan berarti.
Itulah
sebabnya, selalu ada rindu yang membuatmu bisu. Tak sanggup mengungkapkan
barang sepatah dua patah kata pun. Hanya ada rasa-yang entah seperti apa-yang
menjalar ke seluruh tubuh. Hanya ada tatapan mata yang kosong-mengharapkan rasa
rindu itu segera terobati. Hanya ada sosok yang berdiri kaku-memikirkan rasa
rindu itu mampu menggerakkan dirinya untuk menggapai rasa rindu itu.
Nah,
Siapa sih yang tak pernah merindu. Bahkan ada ribuan rasa rindu yang berkecamuk
dalam hati. Kepada keluarga, sahabat, kenangan masa lalu, tempat-tempat yang
dirindukan, bahkan hingga orang yang dicintai. Ah, tapi biarlah rasa rindu itu
menjalar ke seluruh tubuhmu. Rasa rindu itu persis seperti saat engkau berdiri
di bibir pantai, menunggu sebuah pesan dalam botol yang sedang terombang-ambing
di lautan. Maka, jika pesan itu kau dapatkan, hilanglah sudah rasa rindu yang
kau rasakan. Tetapi jika pesan itu tak kunjung kau dapatkan, mudah saja. Itu
berarti bukan rasa rindu yang kau tunggu. Mungkin saja rasa rindu itu telah
berganti menjadi kapal-kapal nelayan yang mendekatimu dan memberikan hasil
tangkapannya selama berlayar kepadamu.
Maka,
walau tak kau sadari, kadang rasa rindu itu berubah menjadi sesuatu yang tak
kau sadari untuk mengobati rasa rindu. Tak harus selamanya bertemu, obat dari
rindu bisa saja adalah soal waktu. Tentang kesabaran yang harus selalu kau
pegang teguh. Juga tentang harapan yang harus selalu kau perjuangkan.
Karena
merindu selalu saja terikat dengan waktu, entah waktu yang telah lalu ataukah
waktu yang akan terus melaju. Maka biarlah merindu itu bersatu padu dengan
waktu. Karena barangkali makhluk yang paling setia dalam hidup ini mungkin
adalah waktu. Dia akan terus setia menemani rindu. Dia tidak pernah ingkar
janji dan akan selalu hadir berkunjung ke mana pun dan kepada siapa pun. Tak
peduli walau topan badai sedang mengamuk. Bisa saja dia datang dalam bentuk
tanggal, dalam bentuk nama hari, dalam bentuk bulan, bahkan abad. Dia selalu
tepat waktu, tidak telat sedetik pun, tidak lebih awal sedetik pun. Maka, jikalau
waktu itu telat, mudah saja. Itu berarti bukan obat penawar rindumu.
Semoga
aku, kamu, dan orang-orang yang sedang merindu segera terobati rasa rindunya.
Semoga. Hehe...:-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar