My Work

Hikayat Rindu

Rindu itu seperti rasa yang tak menentu. Rindu itu seperti quark, meskipun kecil, tapi sangat berarti. Tentang rindu, kadang membuat haru dan membisu. Siapa yang tak kenal rindu maka dia seperti tak pernah menginjak masa lalu. Kadang rindu hadir mengingatkan memori yang pernah tertoreh. Tak peduli meskipun itu menyedihkan atau menyenangkan, yang jelas rindu akan selalu mengingatkan.
Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada seorang anak yang jauh dari orang tuanya. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada orang tua yang merindukan anaknya yang telah tiada. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada seorang kekasih yang terpisah jarak dan waktu. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada seorang perantau yang merindukkan tanah kelahirannya. Tentang rindu, cobalah kau tanyakan kepada pelaut yang berlayar mengarungi lautan-yang selalu merindukkan daratan. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada sesorang yang sanak keluarganya menjadi korban atas bencan yang menimpanya. Tentang rindu, cobalah kau tanya kepada waktu yang telah kau lalui-yang memberimu kenangan berarti.
Itulah sebabnya, selalu ada rindu yang membuatmu bisu. Tak sanggup mengungkapkan barang sepatah dua patah kata pun. Hanya ada rasa-yang entah seperti apa-yang menjalar ke seluruh tubuh. Hanya ada tatapan mata yang kosong-mengharapkan rasa rindu itu segera terobati. Hanya ada sosok yang berdiri kaku-memikirkan rasa rindu itu mampu menggerakkan dirinya untuk menggapai rasa rindu itu.
Nah, Siapa sih yang tak pernah merindu. Bahkan ada ribuan rasa rindu yang berkecamuk dalam hati. Kepada keluarga, sahabat, kenangan masa lalu, tempat-tempat yang dirindukan, bahkan hingga orang yang dicintai. Ah, tapi biarlah rasa rindu itu menjalar ke seluruh tubuhmu. Rasa rindu itu persis seperti saat engkau berdiri di bibir pantai, menunggu sebuah pesan dalam botol yang sedang terombang-ambing di lautan. Maka, jika pesan itu kau dapatkan, hilanglah sudah rasa rindu yang kau rasakan. Tetapi jika pesan itu tak kunjung kau dapatkan, mudah saja. Itu berarti bukan rasa rindu yang kau tunggu. Mungkin saja rasa rindu itu telah berganti menjadi kapal-kapal nelayan yang mendekatimu dan memberikan hasil tangkapannya selama berlayar kepadamu.
Maka, walau tak kau sadari, kadang rasa rindu itu berubah menjadi sesuatu yang tak kau sadari untuk mengobati rasa rindu. Tak harus selamanya bertemu, obat dari rindu bisa saja adalah soal waktu. Tentang kesabaran yang harus selalu kau pegang teguh. Juga tentang harapan yang harus selalu kau perjuangkan.
Karena merindu selalu saja terikat dengan waktu, entah waktu yang telah lalu ataukah waktu yang akan terus melaju. Maka biarlah merindu itu bersatu padu dengan waktu. Karena barangkali makhluk yang paling setia dalam hidup ini mungkin adalah waktu. Dia akan terus setia menemani rindu. Dia tidak pernah ingkar janji dan akan selalu hadir berkunjung ke mana pun dan kepada siapa pun. Tak peduli walau topan badai sedang mengamuk. Bisa saja dia datang dalam bentuk tanggal, dalam bentuk nama hari, dalam bentuk bulan, bahkan abad. Dia selalu tepat waktu, tidak telat sedetik pun, tidak lebih awal sedetik pun. Maka, jikalau waktu itu telat, mudah saja. Itu berarti bukan obat penawar rindumu.

Semoga aku, kamu, dan orang-orang yang sedang merindu segera terobati rasa rindunya. Semoga. Hehe...:-)

Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.