Suatu saat nanti, sungguh kau akan sampai di titik tempatmu
berhenti dari berlari. Kau akan sampai dimana waktu telah memberimu banyak
arti. Tetapi kau tak akan pernah mengemis mengembalikkan yang pergi dan
memulangkan yang hilang. Memberikan kau kesempatan untuk mengerahkan segala
kemampuan yang ada dalam dirimu. Kau tak akan pernah menyesal, juga tak akan
pernah menyalahinya.
Suatu saat nanti, kau juga akan sampai di tepi jurang
tertinggi yang pernah ada. Di bawahnya sungai-sungai imajinasi mengalir indah.
Di atasnya awan harapan melukis langit. Di depannya, cakrawala keberanian
menyapu seluruh pandangan. Memberimu kesempatan yang membingungkan. Seperti
sepersekian detik kesadaran diantara keberanian dan ketakuatan. Memaksamu
memilih melompat, terbang, atau berhenti, kembali ke belakang. Tetapi justru
itulah yang memberimu kesempatan untuk mengenali jati diri yang tak lagi mudah
dicari.
Suatu saat nanti, kau akan menyadari, sekalipun terkadang
membuatmu buta tak terperi. Menyadarakanmu bahwa salah satu anugrah adalah kedua
kaki yang membawamu mengelilingi bumi. Menapaki tanah perjuangan yang tertetesi
peluh pengorbanan di seluruh penjuru. Walau kadang kau temukan luka yang
menyayat kaki. Lantas kau membiarkannya. Kau punya kesempatan untuk istirahat
dan menikmati luka itu kering dengan sendirinya. Hingga waktu pun kembali
terhenti, menyadarkanmu bahwa dalam hidup ada hal-hal yang perlu diperjuangkan,
hal-hal yang layak ditunggu, dan hal yang patut dinikmati.
Suatu saat nanti, kau tak lagi sendiri berdiri di tepi
jurang. Ada orang-orang yang hadir di sisimu. Mengajakmu memilih pilihan yang
terbaik untuk kebaikannmu. Mendorongmu hingga batas aman terjauh bagimu atau
melompat melepaskan semua beban yang ada, terbang membayar segala ketakutan,
terbang sebas-bebasnya.
Suatu saat nanti, barangkali ada seyuman yang kau paksakan.
Meskipun kau tahu kebahagian dan tawa yang dipaksakan akan selalu menyesakkan
dada. Ketika itu terjadi, katakanlah pada dirimu, tak ada lagi paksaan yang
menyesakkan. Seperti bilah pedang yang menusuk diantara kegembiraan dan
keceriaan.
Suatu saat nanti, biarlah waktu mengajarimu cara terbaik
memilih semua pilihan yang ada. Hingga kau merayakannya penuh rasa syukur dan
merasa cukup. Itu pulalah yang membangunkanmu dari tidur panjangmu, menikmati
mimpi-mimpi yang seolah tak punya muara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar