Bahkan
yang dinamakan iman itu tidak sesederhana mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Atau yang secara etimologi berarti ‘percaya’. Iman menjaga hati
dalam menyampaikan amanah dan memlihara kesucian diri. Iman membuat orang mampu
menguasai diri saat berhadapan dengan kekuatan hawa nafsu yang bergejolak,
ketika seorang insan merasa tidak mendapat pengawasan dari siapapun, ketika ia memiliki wewenang dan kekuasaan,
sehingga tidak ada orang lain yang berani melawan atau menghalangi kehendaknya.
Lantas iman bagaikan sebuah
institusi moral dan lembaga pendidikan jiwa yang mengajarkan nila-nilai
keutamaan yang dijiwai oleh tekad yang kokoh, kekuatan jiwa yang membaja,
sembari memberikan latihan instrospeksi diri dan bersikap adil pada diri
sendiri. Bahkan Iman telah merubah identitas hawa nafsu penyeru kejahatan (an-nafs al-lawwamah), jiwa yang
membatu, yang mendatangkan dertia bagi nurani jiwa yang menciptakan
khayalan-khayalan yang menakutkan, jiwa yang tidak memiliki kesadaran dan hanya
mengakui kesalihan di depan pengadilan untuk menghindari hukuman berat, menjdi
jiwa-jiwa yang tentram dan teduh, senantiasa berharap agar selamat murka Allah
dan azab akhirat.
Ya, itulah iman. Iman yang
menjadikan tinta emas bagi setiap insan untuk mengantarkan seorang insan
menjadi kado terindah bagi Sang Khalik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar