Sekarang
tutup matamu. Menengadahlah ke atas sana di tempat yang lapang. Saat hitam
menjadi raja atas angkasa. Kau melihatnya, di tengah kegelapannya. Ada bagian
yang bercahaya. Menentramkan sekali soal yang satu ini. Saat cahaya senja mulai
surut,perlahan tapi pasti terlihatlah dia mulai menaiki langit. Gelaplah
langit. Cahaya senja seketika itu pula hilang ditelan malam. Gelaplah sudah.
Bintik-bintik kecil bercahaya berceceran di sana. Pun sama indahnya.
Sekarang
putarlah kepala anda. Ke arah manapun engkau suka. Secepat apakah engkau
menemukannya. Objek yang terlihat menentramkan. Seolah memancarkan cahayanya
sendiri, tetapi tidak. Lantas, dia akan menjadi penerang di saat kegelapan
hadir. Tetapi, dia selalu tidak konsisten. Malam ini, dia disebelah sini. Esok
malam, beranjakklah ia dari tempat semula ke tampat lain. Malam ini, dia
seperti pisau cerulit bentukanya. Tetapi pada saatnya yang tepat dia akan
berubah menjadi seperti bola. Bulat. Tetapi indah. Bulat, tetapi cahayanya
tetap saja lebih hebat. Atau saat masanya tiba, dia akan berubah menjadi bulat
yang terbesar. Konon saat dia mengitari bumi dengan jarak terdekat.
Hei
tunggu..dia juga seperti penipu. Kita bersitatap dengannya, seolah dia terpaku
dengan tatapan mata ini. Diam. Tetapi sugguh, dia menipu kita. Dia sungguh
sedang menjalankan aktivitasnya yang luar biasa hebatnya di luar sana.
Berputar, bergerak. Ya, karena saja kita tidak melihatnya. Lantas lidah ini
menusuk tajam berkata dia sebagai penipu.
Tetapi
tidak. Sekalipun tertipu. Dia sungguh berbaik hati menerangi kegelapan.
Keindahannya-sudah pasti hebat nian. Bebarapa waktu dia setia menemani kita.
Hingga kambaliliah mentari dari kesembunyiannya. Sang bulan sedikit-demi
sedikit turun. Tetapi, dia seperti enggan untuk meninggalkan kita. Sang mentari
lagi-lagi memberikan isyarat pada bulan untuk beranjak pergi. Perlahan tapi
pasti, maka pergilah sang rembulan dari kegelapan malam. Tetapi sebelumnya, dia
berkata kepada para penikmatnya. Dengan wibawanya, dia mencoba menjadi sang penepat
janji. Lantas, dia berkata bahwa ia akan kembali lagi dalam waktu yang sesegera
mungkin. Menyinari kembali. Menghiasi kembali. Menentramkan kembali.
Sudahlah
tiba saatnya. Sekarang bukalah mata anda. Terlihatlah di balik sana-di timur
sana-ada secercah cahaya mengintip. Segar sekali melihatnya. Perlahan demi
perlahan, naiklah ia ka angkasa. Kegelapan malam hilanglah sudah. Sempurna.
Semakin ke atas, dia makin bergembira riang. Dia menjadi komandan atas panggung
langit pada masa ini. Dia kerahkan gumpalan-gumpalan putih berterbangan di
angkasa. Dia bangunkan semua makhluk dari kelelapannya. Dia panggil makhluk
bersayap agar bertaburan di sekelilingnya. Dia menegakkan makluk berbunga,
berdaun, berbuah dari ketundukannya. Dia menjadi raja saat terang membungkus
angkasa.
Hei..lihatlah..!.
Semua menjadi jelas terlihat apa adanya. Semakin hari semakin naiklah ia.
Menambah jelas saja bunga-bunga yang bermekaran indah. Seperti indahnya mentari
ini. Sudahlah tiba saatnya dia berada tepat di atas kami semua. Tak lama
kemudaian, tergelincirlah ia. Semakin hari, semakin bergeraklah ia. Barat
adalah tempat terkahir baginya untuk berjumpa dengan kita. Dia mulai menuruni
langit biru mempesona. Lantas biru akan berubah menjadi jingga. Dan lagi-lagi suasana
yang mentramkan akan segera tiba.
Jika
waktu yang diberikan tiba, habislah sudah dia bertugas. Mentari pun berbisik
kepada rembulan. Duhai rembulan, berilah aku kesempatan lagi. Tetapi rembulan
menjadi bijaksanalah ia membisiki kembali bahwa mentari pun akan kembali lagi
menyinari bumi. Saat semua waktunya telah tepat. Tetapi, penikmat mentari
bersedih hati. Lantas menjadi berwiba pulalah sang mentari. Dia berjanji akan
kembali lagi di saat yang tepat.
Hei..bukankah rembulan benar menepati
janjinya. Dia muncul kembali. Tepat ketika mentari sepenuhnya hilang ditelan
bumi. Aha, barangkali inilah pengaturan itu. Saling bergantian. Saling berbagi
tugas. Membuat takzim siapapun. Semua sungguh indah. Sungguh. Seperti bunga
yang bermekaran indah di saat purnama menghias langit. Sungguh ada tanda-tanda
kebesaran-Nya, bagi siapapun yang berpikir. (Redza)
“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S.
Al-Baqarah: 164)
2 komentar:
trnyta... nice !!!!!!!!!!
Haha,,waahh,,g kq mba,,biasa aja..
Posting Komentar