My Work

Untukmu Wanita Terhebat

Wajah keriput nan tua itu menghela nafas sebelum pada akhirnya jari jemarinya bergerak. Memikirkan sesosok wajah seseorang yang amat dicintainya. Wanita itu, lagi-lagi menghela nafas, kali ini lebih panjang. Terdiam sejenak. Lantas, bergeraklah jari-jemari tua itu.
Tiga kata paling tidak, telah mewakili rasa cemas yang berkecimuk di dalam dirinya. Bagaiamana kabarnya nak?. Tangan tua itu, demi ingin mendengar tentang kabar seseorang anak yang sangat dicintainya, tanpa menunggu lagi gemetar menekan tombol ok. Message transimtted.
Maka, dalam hitungan seperjuta kedipan mata. Melesat. Berpilin. Berputar. Seketika saat tombol ok itu ditekan, maka berkuranglah kecemasan itu. Jika saja mata mampu melihatnya, pesan itu bak komet, bagai anak panah, macam rudal berkecepatan tinggi, 21 karakter pesan itu melesat dengan kecepatan super power. Menderu tak tertahankan menuju tower transmisi terdekat. Sepersekian detik lagi, berpindahlah ke ia ke atas. Melewati awan, menembus lapisan-lapisan atmosfer, lantas masuklah menuju satelit-satelit pemancar. Bercampurlah ia dengan bermiliar-miliar pesan, suara, gambar, dan data-data lainnya dari seluruh penjuru bumi. Diseleksilah pesan itu. Lantas, sebelum mata sempat berkedip lagi, sebelum beranjak pergi, pesan itu sedah dikembalikan menuju bumi.
Memancarlah ia. Seperti meteor. Pecah. Membawa pesan itu ke tujuannya. Maka, tibalah saat yang tepat. Gelombang-gelombang itu, kembalilah ia menjadi sebuah pesan tertulis. Masuk ke dalam sistem teknologi yang begitu rumitnya. Berubahlah kembali menjadi 21 karakter huruf yang dirangkai dengan penuh kasih sayang. Sepesekian detik tibalah saat yang tepat. Message received.
Terlihatlah kembali pesan itu. Mengharapkan seseorang yang amat disayanginya itu segera melihatnya. Tetapi wanita tua itu, tetap saja setia menunggu jawabannya. Entah tidak sedikitpun mengetahui sedang sesibuk apapun orang yang disayanginya itu. Lagi-lagi dia tetap saja sabar menunggu. Hanya ingin mendengar kabarnya. Mungkin setelah sekian lama tidak berjumpa. Terpisah jarak dan waktu. Itu saja sudah cukup membuatnya menghilangkan rasa cemasnya. Berharap semuanya baik-baik saja.
Dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu itu tiba. Pesan balasan terkirim. Lagi-lagi masuk ke dalam sistem gelombang yang amat rumit. Berubah lagi menjadi pesan-pesan tertulis hanya dalam hitungan sepersekian detik. Alhamdulillah baik-baik saja. Bagaimana kabar disana, Bu?. Tujuh kata. sudahlah menjadi penghilang kecemasannya selama ini. Dia tidak pernah bosan mengirimkan pesan-pesan itu. Tidak peduli apapun bentuknya. Pesan tertuliskah, Suarakah, gambar. Semuanya hanya ingin memastikan anak yang disayanginya itu baik-baik saja.
Kau tahu kawan, cinta itu, kasih sayang itu, sungguh tiada banding dengan siapapun. Pengorbanannya hidup dan mati, kasih sayang yang amat sangat dipeliharanya, kepeduliannya yang selalu berjalan istiqomah dari waktu ke waktu. Ah, tidak ada habisnya untuk menceritakan segala bentuk pengorbanannya kepada kita. Satu persatu hanya dilakukan demi melihat buah hatinya tersnyum. Lantas sang waktu lagi-lagi telah mendesak siapapun.
Mengharapakan kebersamaan selalu dengan buah hati yang amat sangat disayanginya. Tetapi waktu selalu menjadi alasan perpisahan itu. Saat sang waktu menuntnya agar perpisahan itu terjadi, maka tiada hal yang bisa dilakukan lagi. Maka, tibalah di masa itu, saat saat semua terpisah jarak dan waktu. Saat semua terpisah tempat yang tak lagi satu. Semua memang terasa memilukan baginya. Tetapi, dengan keikhlasannya, dilepaslah sang buah hati kemanapun yang diinginkannya. Demi mencari apapun yang diimpikannya, demi menemukan jati dirinya di negeri antah berantah sekalipun, demi menemukan sosok yang diinspiraskannya. Semua sungguh hanya demi buah hatinya. Tidak peduli betapa sedihnya perpisahan itu baginya.
Andaikata semua sudah terjadi, tidak ada kata putus kasih sayang, tidak ada kata tidak cinta, tidak ada kata tidak peduli. Beribu siklus gelombang pesan tadi selalu terjadi. Mengobati rasa rindunya, Mengobati kecemasannya. Rela melakukan apapun agar buah hatinya bisa lebih baik darinya, itu saja. Tidak pernah sekalipun dia meminta untuk menggantikan segala pengorabanan yang telah dilakukannya selama ini. Karenanya, jangan sekali-sekali mengecewakannya, membuat hatinya terluka. Mintalah maaf sebelum terlambat. Berikan yang terbaik untuknya. Buatlah dia tersenyum selalu. Untukmu, wanita terhebat dalam hidup siapapun. Ibu. (redza)


Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.