My Work

Bunga Purnama

Sekarang tutup matamu. Menengadahlah ke atas sana di tempat yang lapang. Saat hitam menjadi raja atas angkasa. Kau melihatnya, di tengah kegelapannya. Ada bagian yang bercahaya. Menentramkan sekali soal yang satu ini. Saat cahaya senja mulai surut,perlahan tapi pasti terlihatlah dia mulai menaiki langit. Gelaplah langit. Cahaya senja seketika itu pula hilang ditelan malam. Gelaplah sudah. Bintik-bintik kecil bercahaya berceceran di sana. Pun sama indahnya.
Sekarang putarlah kepala anda. Ke arah manapun engkau suka. Secepat apakah engkau menemukannya. Objek yang terlihat menentramkan. Seolah memancarkan cahayanya sendiri, tetapi tidak. Lantas, dia akan menjadi penerang di saat kegelapan hadir. Tetapi, dia selalu tidak konsisten. Malam ini, dia disebelah sini. Esok malam, beranjakklah ia dari tempat semula ke tampat lain. Malam ini, dia seperti pisau cerulit bentukanya. Tetapi pada saatnya yang tepat dia akan berubah menjadi seperti bola. Bulat. Tetapi indah. Bulat, tetapi cahayanya tetap saja lebih hebat. Atau saat masanya tiba, dia akan berubah menjadi bulat yang terbesar. Konon saat dia mengitari bumi dengan jarak terdekat.
Hei tunggu..dia juga seperti penipu. Kita bersitatap dengannya, seolah dia terpaku dengan tatapan mata ini. Diam. Tetapi sugguh, dia menipu kita. Dia sungguh sedang menjalankan aktivitasnya yang luar biasa hebatnya di luar sana. Berputar, bergerak. Ya, karena saja kita tidak melihatnya. Lantas lidah ini menusuk tajam berkata dia sebagai penipu.
Tetapi tidak. Sekalipun tertipu. Dia sungguh berbaik hati menerangi kegelapan. Keindahannya-sudah pasti hebat nian. Bebarapa waktu dia setia menemani kita. Hingga kambaliliah mentari dari kesembunyiannya. Sang bulan sedikit-demi sedikit turun. Tetapi, dia seperti enggan untuk meninggalkan kita. Sang mentari lagi-lagi memberikan isyarat pada bulan untuk beranjak pergi. Perlahan tapi pasti, maka pergilah sang rembulan dari kegelapan malam. Tetapi sebelumnya, dia berkata kepada para penikmatnya. Dengan wibawanya, dia mencoba menjadi sang penepat janji. Lantas, dia berkata bahwa ia akan kembali lagi dalam waktu yang sesegera mungkin. Menyinari kembali. Menghiasi kembali. Menentramkan kembali.
Sudahlah tiba saatnya. Sekarang bukalah mata anda. Terlihatlah di balik sana-di timur sana-ada secercah cahaya mengintip. Segar sekali melihatnya. Perlahan demi perlahan, naiklah ia ka angkasa. Kegelapan malam hilanglah sudah. Sempurna. Semakin ke atas, dia makin bergembira riang. Dia menjadi komandan atas panggung langit pada masa ini. Dia kerahkan gumpalan-gumpalan putih berterbangan di angkasa. Dia bangunkan semua makhluk dari kelelapannya. Dia panggil makhluk bersayap agar bertaburan di sekelilingnya. Dia menegakkan makluk berbunga, berdaun, berbuah dari ketundukannya. Dia menjadi raja saat terang membungkus angkasa.
Hei..lihatlah..!. Semua menjadi jelas terlihat apa adanya. Semakin hari semakin naiklah ia. Menambah jelas saja bunga-bunga yang bermekaran indah. Seperti indahnya mentari ini. Sudahlah tiba saatnya dia berada tepat di atas kami semua. Tak lama kemudaian, tergelincirlah ia. Semakin hari, semakin bergeraklah ia. Barat adalah tempat terkahir baginya untuk berjumpa dengan kita. Dia mulai menuruni langit biru mempesona. Lantas biru akan berubah menjadi jingga. Dan lagi-lagi suasana yang mentramkan akan segera tiba.
Jika waktu yang diberikan tiba, habislah sudah dia bertugas. Mentari pun berbisik kepada rembulan. Duhai rembulan, berilah aku kesempatan lagi. Tetapi rembulan menjadi bijaksanalah ia membisiki kembali bahwa mentari pun akan kembali lagi menyinari bumi. Saat semua waktunya telah tepat. Tetapi, penikmat mentari bersedih hati. Lantas menjadi berwiba pulalah sang mentari. Dia berjanji akan kembali lagi di saat yang tepat.
 Hei..bukankah rembulan benar menepati janjinya. Dia muncul kembali. Tepat ketika mentari sepenuhnya hilang ditelan bumi. Aha, barangkali inilah pengaturan itu. Saling bergantian. Saling berbagi tugas. Membuat takzim siapapun. Semua sungguh indah. Sungguh. Seperti bunga yang bermekaran indah di saat purnama menghias langit. Sungguh ada tanda-tanda kebesaran-Nya, bagi siapapun yang berpikir. (Redza)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S. Al-Baqarah: 164)

2 komentar:

dwi eka yanti mengatakan...

trnyta... nice !!!!!!!!!!

Unknown mengatakan...

Haha,,waahh,,g kq mba,,biasa aja..

Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.