Dan
lagi-lagi, hati ini tidak pernah bohong. Kembali hatiku terkesima pada suatu
karya agung Sang Pemilik semesta. Al-qur’anul Kariim, Al-qur’an yang mulia. Tentang
kebajikan, tentang nilai keimanan, tentang ketakwaan, tentang hukum-hukum, tentang
kisah-kisah, dan segalanya, petunjuk dalam hidup.
Mungkin anda tahu kalau saja
kebajikan itu adalah sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan,
keberuntungan, dsb), perbuatan baik. Ya, memang benar. Dan Allah SWT telah
menegaskan kembali pada kita di ayat-ayatnya. Tentang sebuah kebajikan. Ya kebajikan,
yang mencangkup semua kebaikan dalam
hidup. Coba saja anda buka pedoman hidup anda-Al-qur’anul kariim surat
Al-Baqarah ayat 177.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi; dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya; mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji; dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa”.
(Q.S. Al-baqarah: 177)
Ya, sekarang kita tahu kan kalau
saja kebajikan itu bukan hanya sekedar menghadapkan wajah anda ke barat dan
timur. Terlalu sederhana. Lebih dari itu, kebajikan itu bagaikan air yang terus
mengalir di sungai-sungai tepanjang, air yang terus berombak di lautan-lautan
samudra, bagaikan udara yang berembus, bagaikan tanah yang dihamparkan di bumi.
Sangat luas maknanya. Lihatlah setidaknya ada enam poin yang menggambarkan
kebajikan yang begitu luas itu.
Pertama,
anda beriman kepaddian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi. Kedua, anda diperintahkan
untuk besikap dermawa, paling tidak dengan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta. Ketiga, hal yang tidak perlu kita tolak
lagi, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Keempat, memerintahkan kepada kita untuk memerdekan hamba sahaya,
budak-itulah yang mengajari kita untuk bersikap tanggung jawab, peduli terhadap
sesama, kasih sayang. Kelima, menegaskan
kepada kita bahwa setiap dari kita adalah pemimpin, mngajari kita unutk
bersikap amanah, tidak sekedar mengumbar umbar janji namun tak kuasa menepati
janji-buka sekedar retorika belaka-ya, karena kebajikan itu ialah orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji. Keenam,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Telah
mengajari kepada kita untuk bersabar.
Ya, sudah kukatakan sejak awal
bukan, kebajika itu tidak sesederhana yang engkau kira. Lebih luas, amat sangat
luas. Itulah yang harus kita miliki. Bukan sekedar kita pahami. Mengamalkannyalah
yang harus kita lakukan. Itu saja. Nothing
else. Karena kebajikan itu-yang dijelaskan di atas tadi-yang mereka yang pahami
kemudian mereka amalkan. Ya, karena mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Surakarta,
05 Mei 2013
-Redza
Dwi Putra-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar