Diam...
Jangan
terlalu mudah menganggap remeh diam.
Karena,
bisa jadi dia adalah satu diantara sekian banyak pilihan untuk dipilih.
Diam...
Jangan
terlalu mudah memamandang diam sebagai masalah.
Karena
bisa jadi dia adalah salah satu atau bahkan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan
masalah.
Diam...
Jangan
terlalu mudah merendahkan diam.
Karena
bisa jadi dibalik diam terdapat jalan.
Diam...
Jangan
terlalu mudah memastikan diam sebagai
halangan.
Karena
bisa jadi dibalik itu semua justru terdapat beribu makna yang dalam.
Diam...
Jangan
terlalu mudah melihat diam sebagai hal yang tabu.
Karena
bisa jadi dia bertindak dalam bisu.
Diam...
Jangan
terlalu mudah menyepelekan diam.
Karena
bisa jadi cara terbaik untuk melakukan adalah diam. Diam yang bermakna.
Barangkali
itulah dia. Berjuta makna yang ada di dalamnya. Karena diam bisa saja dia menjelma
menjadi emas. Akan tetapi, bukan berarti diam itu tidak berarti. Bahkan bukan
pula berarti diam itu tidak bisa melakukan. Kadangkala diam menjelma menjadi tanda tanya. Kadangkala
pula diam menjelma menjadi hal yang sangat bermakna. Bisa jadi karena diam
mempunyai masanya. Masa ketika diam menguasai jiwa. Masa ketika diam menjelama
menjadi senjata yang bermakna. Masa ketika diam mempunyai alasan untuk menjawab
beragam masalah. Dan itulah diam. Dia ada, tetapi keberadaanya seolah tidak
ada. Dia ada tetapi kekuatannya seolah tidak ada. Dia ada, ada keberadaannya-saat
muncul di tengah-tengah kegaduhan. Dia ada, ada kekuatannya-saat muncul di
tengah ketenangan. Dan itulah diam. Seperti api dalam sekam.
Dan
itulah diam, yang kadangkala menjadi intan yang menawan saat dia berada
dalam ketenangan yang menyejukkan. Maka
tidak selamanya intan yang baik itu selalu berada diluar. Akan tetapi, saat
dimana kita harus menempatkan intan itu di dalam ataukah diluar tempatnya yang
tepat itulah yang membuatnya menjadi hal yang menakjubkan. (Redza)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar