My Work

Hati

Secepat itukah?. Aku rasa tidak. Karena ada banyak sekali hal yang memang patut kita tunggu dengan sabar. Hingga kita memahami betul dengan sebaik-baiknya pemahaman. Pada akhirnya, hingga kita pun tahu ada mutiara indah di balik tembok waktu yang kita tunggu. Lantas kita merobohkan temboknya, berlari dengan riang gembira di udara yang bebas dengan seutas seyum tertoreh menggapai mutiara itu. Ah, yakin secepat itukah kau akan mengambilnya?. Padahal, bukankah tembok yang kini di hadapanmu masih kokoh untuk kau robohkan?. Tidakkah kau menunggu hingga tembok itu sedikit rapuh?.
Semudah itukah?. Aku rasa tidak. Karena memang selalu ada kesulitan yang menerpa kita, sebelum pada akhirnya kita akan berkata mudah pada suatu urusan. Naif jika hanya berharap datangnya pagi tapi tanpa menunggu berkhirnya malam. Ah, alnangkah riangnya ya jika bisa melewatinya. Padahal, dalam perjalanannya, ada banyak sekali karang-karang yang menghadang, ada banyak sekali badai yang berderu kencang, bahkan kadang menghancurkan kapal yang kita gunakan untuk mengarungi samudra dan menghalangi kita tiba di tepian pulau yang indah. Padahal, ada pula karena kegelisahan kita-lantas kita tak bisa untuk sedetik pun memejamkan mata untuk terlelap. Hingga waktu akan terus mengungkung kita, menuggu indahnya mentari pagi yang muncul akan terasa seperti menunggu tempias ombak tetapi kita hanya berdiri di puncak gunung. Tak akan pernah mendapatkan tampiasnya. Aih, tak usah kau pikirkan. Karena selama kau hanya perlu sedikit lagi menguatkan kembali kemudimu untuk melawan ganasnya badai, kau akan tiba di tepian pulau indah yang ingin kau kunjungi. Atau selama kau hanya perlu tenang dan memejamkan matamu untuk memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan persoalan yang pelik, maka tak terasa akan tiba segera sinar mentari lembut menerpa wajahmu. Menghangatkanmu kembali setelah melewati dinginnya udara malam.
Sedangkal itukah?. Aku rasa tidak. Karena unutk menemukan bangkai perahu yang kandas saja kita perlu untuk menyelaminya. Kadang pula harus melewati palung yang dalam. Hingga di dasar sana kita menemukan bangkai perahu-yang mungkin saja di bawah kapal yang kandas itu ada ribuan mutiara yang tertindih. Hingga kita tak pernah menyadari ada sesuatu yang sangat indah yang akan kau temui.
Ah ya, ‘mungkin’ seperti itulah hati.
Secepat itukah kau akan mengambil separuh hatimu yang lain?. Aku rasa tidak. Karena hati adalah pengemudi terbaik yang akan mengantarkanmu menuju tujuan yang hendak kau capai.
Semudah itukah mengatur hati?. Aku rasa tidak. Karena hati adalah nahkoda yang akan mengatur kehidupanmu.
Sedangkal itukah perasaan yang tersembunyi dalam hati?. Aku rasa tidak. Karena hati adalah lautan rahasia yang sangat dalam untuk kau selami.
Maka sekarang, gengamlah tanganmu, lalu dekapkanlah di depan dadamu. Rasakan. Di dalam sana, di dalam dadamu, ada kekuatan yang super hebat. Melebihi kuatnya genggaman tanganmu yang kini kau dekapkan di dadamu. Nun di dalam sana, di rongga dadamu yang begitu kokohnya terlindungi rusuk-rusukmu. Kekuatannya seperti merontohkan segala pertahanan rusukmu. Lantas hanya sepersekian detik rasa itu seperti menjalar ke seluruh tubuh. Menyelinap masuk ke dalam tulang-belulang, organ-organ, dan sel-sel, dalam tubuhmu. Setiap inchi tak akan terlewati untuk disinggahinya. Mengantarkan pesan-pesan perasaan. Membuatmu akan merasakan satu diantara dua hal yang saling bertentangan, suka-cita ataukah duka-lara.
Maka itulah hati, yang kekuatannya bisa saja melebihi genggaman tangan yang kau dekapkan di dadamu. Yang misteri di dalamnya tak mudah untuk diketahui. Itulah hati. Yang akan kau pegang teguh, yang akan kau pahami, yang akan kau jaga. Itulah Hati. :-)

-"Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbi ‘ala diinik"-
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)

Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.