My Work

Biarlah Hati Yang Berbicara


Adalah hati si raja perasaan. Bagaikan sendok dalam sebuah mangkuk besar, dia bisa mengaduk-aduk perasaan siapapun. Kadangkala isi dalam hati bisa saja tertutupi, tetapi semakin lama bisa jadi kau tak lagi mampu membendungnya. Seperti mata air, kadangkala dia bersembunyi entah dimana, tetapi semakin ke hilir banyak orang akan tahu kemana arah alirannya.
Duhai hati, alangkah bijaknya dikau. Kau hadir begitu saja-kadang tanpa diminta. Atau kau pun pergi begitu saja-pun tanpa diminta. Duhai hati, gerakmu tak terlihat, kau terdiam, tetapi kau bertindak, mengaduk-aduk perasaan pemiliknya. Tak peduli akan seberapa lama kau mengaduk-aduknya, tak peduli akan seperti apa kau mengaduk-aduknya.
Sungguh hebat nian dikau. Seberapa tangguhnya seseorang, mampu kau taklukan. Maka, jika hati sudah mulai ‘menyerang’ pemiliknya, tak lagi ada perlawanan yang bisa dilakukan. Hmmm..seperti seorang prajurit tangguh yang selalu punya pertahanan yang hebat.
Nah, lihat saja kepada siapapun yang tak lagi mampu membendungnya. Bisa saja bulir air tiba-tiba muncul begitu saja dari matanya ketika tak lagi mampu menahanannya. Atau bisa saja senyum manis selalu tersungging ketika kau ‘menikmati’ penyerangan itu. Tetapi biarlah itu terjadi. Jika kau lawan, bisa jadi akan semakin berontak tak karuan, membuatmu menambah sakit ataupun membuatmu menjadi  semakin‘gila’.
Duhai hati yang bijak, sepertinya siapapun akan mencoba selalu memandangmu, memastikan apakah kau benar-benar mengisi relung di jiwa ini?. Tetapi saat mencoba memastikan, kau tak pernah sekalipun muncul terlihat. Yang ada hanyalah bayangan kelabu. Ya, bayangan itu hanya membayangi separuh jiwa dan perasaan seseorang. Entahlah. Apakah karena sebegitu kecilnyakah dikau, hingga tak setitikpun terlihat?. Ataukah apakah karena sebegitu luas dan lapangnya dikau, hingga siapapun tak mampu melihatmu utuh adanya?.
Duhai hati, Jika saja aku bisa mengatakan padamu, sungguh kau tiada banding. Saat aku memastikanmu, kau hanya serupa tumpahan titik kecil di keluasan samudra, tak terlihat. Saat aku memastikanmu, menengadahkan wajah ke atas, maka akan kutemui hamparan langit yang luas berlapis-lapis. Juga tak bisa terlihat utuh. Barangkali hatipun demikian. Diatas lapangnya hati-ada pula kelapangan perasaan yang lain. Mencabik-cabik atau membungakan perasaan di hati.
Duhai hati, kau seharusnya sama seperti selipan kertas di buku yang berada di tengah-tengah tumpukkan buku-buku di perpustakaan. Cerita tentangmu tak selamanya harus tercecer dimana-mana. Cerita tentangmu terkadang terselip-tersimpan jauh di hati yang terdalam. Maka,  Biarlah hati yang berbicara. Biarlah hati yang menjelaskan kepadamu. Lewat mata yang  memancarkan rona penuh arti. Lewat mulut yang menuturkan kesantunan kepadamu. Lewat telinga yang mendangarkan keluh kesahmu penuh perhatian. Lewat tangan dan kaki yang berperilaku lembut kepadamu dengan penuh kasih sayang. Lewat senyum hangat yang tersampaikan padamu.
Duhai hati yang menyembunyikan perasaan, lihatlah, resapilah, pahamilah, bahwa aku percaya, kau hadir  bukan hanya sekedar menunjukkan seberapa hebat dan indah segala tutur kata yang diucapkan, tetapi kau bisa saja menunjukkannya dari do’a-do’a tersembunyi yang dipanjatkan setiap saat. Dari usaha-usaha yang melengkapi setiap coreatan harapan yang pernah tercipta.
Duhai hati yang menguasai perasaan, Kau sungguh istimewa. Tak sepantasnya kau seperti air yang menguap. Hilang begitu saja saat kau telah benar-benar melekat di jiwa seseorang. Kau terlalu istimewa bagi siapapun. Kau tak boleh hilang. Karena aku yakin kau ada karena untuk melengkapi hidup. Kau ada karena untuk menutupi kekurangan. Kau ada karena untuk berbagi duka-lara dan suka-cita.
Duhai hati, bolehkah aku berbicara kepadamu tentang sesuatu yang harus kau tahu, bahwa aku tidak bisa menuliskan kata-kata apapun untukmu. Kau sungguh istimewa. Hingga tak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Kau selalu mempunyai sisi-sisi yang berbeda. Seperti air mata. Kadang menetes karena duka, kadang pula karena suka.
Duhai hati yang menjaga perasaan, aku percayakan kau pada waktunya. Karena aku yakin kelak waktu akan menjemput di saat yang tepat dan lebih baik. Maka, selama menunggu waktu biarkanlah hati yang berbicara. Lewat apapun. Karena hati seperti mata air juga air mata. (Redza)

Something has gonna very special in our soul...

Potret Kata Designed by Templateism | MyBloggerLab Copyright © 2014

Gambar tema oleh richcano. Diberdayakan oleh Blogger.