Adalah
hati si raja perasaan. Bagaikan sendok dalam sebuah mangkuk besar, dia bisa mengaduk-aduk
perasaan siapapun. Kadangkala isi dalam hati bisa saja tertutupi, tetapi
semakin lama bisa jadi kau tak lagi mampu membendungnya. Seperti mata air,
kadangkala dia bersembunyi entah dimana, tetapi semakin ke hilir banyak orang
akan tahu kemana arah alirannya.
Duhai
hati, alangkah bijaknya dikau. Kau hadir begitu saja-kadang tanpa diminta. Atau
kau pun pergi begitu saja-pun tanpa diminta. Duhai hati, gerakmu tak terlihat, kau
terdiam, tetapi kau bertindak, mengaduk-aduk perasaan pemiliknya. Tak peduli
akan seberapa lama kau mengaduk-aduknya, tak peduli akan seperti apa kau
mengaduk-aduknya.
Sungguh
hebat nian dikau. Seberapa tangguhnya seseorang, mampu kau taklukan. Maka, jika
hati sudah mulai ‘menyerang’ pemiliknya, tak lagi ada perlawanan yang bisa
dilakukan. Hmmm..seperti seorang prajurit tangguh yang selalu punya pertahanan
yang hebat.
Nah,
lihat saja kepada siapapun yang tak lagi mampu membendungnya. Bisa saja bulir
air tiba-tiba muncul begitu saja dari matanya ketika tak lagi mampu menahanannya.
Atau bisa saja senyum manis selalu tersungging ketika kau ‘menikmati’
penyerangan itu. Tetapi biarlah itu terjadi. Jika kau lawan, bisa jadi akan
semakin berontak tak karuan, membuatmu menambah sakit ataupun membuatmu
menjadi semakin‘gila’.
Duhai
hati yang bijak, sepertinya siapapun akan mencoba selalu memandangmu,
memastikan apakah kau benar-benar mengisi relung di jiwa ini?. Tetapi saat mencoba
memastikan, kau tak pernah sekalipun muncul terlihat. Yang ada hanyalah
bayangan kelabu. Ya, bayangan itu hanya membayangi separuh jiwa dan perasaan
seseorang. Entahlah. Apakah karena sebegitu kecilnyakah dikau, hingga tak
setitikpun terlihat?. Ataukah apakah karena sebegitu luas dan lapangnya dikau,
hingga siapapun tak mampu melihatmu utuh adanya?.
Duhai
hati, Jika saja aku bisa mengatakan padamu, sungguh kau tiada banding. Saat aku
memastikanmu, kau hanya serupa tumpahan titik kecil di keluasan samudra, tak
terlihat. Saat aku memastikanmu, menengadahkan wajah ke atas, maka akan kutemui
hamparan langit yang luas berlapis-lapis. Juga tak bisa terlihat utuh.
Barangkali hatipun demikian. Diatas lapangnya hati-ada pula kelapangan perasaan
yang lain. Mencabik-cabik atau membungakan perasaan di hati.
Duhai
hati, kau seharusnya sama seperti selipan kertas di buku yang berada di
tengah-tengah tumpukkan buku-buku di perpustakaan. Cerita tentangmu tak
selamanya harus tercecer dimana-mana. Cerita tentangmu terkadang terselip-tersimpan
jauh di hati yang terdalam. Maka,
Biarlah hati yang berbicara. Biarlah hati yang menjelaskan kepadamu.
Lewat mata yang memancarkan rona penuh
arti. Lewat mulut yang menuturkan kesantunan kepadamu. Lewat telinga yang
mendangarkan keluh kesahmu penuh perhatian. Lewat tangan dan kaki yang
berperilaku lembut kepadamu dengan penuh kasih sayang. Lewat senyum hangat yang
tersampaikan padamu.
Duhai
hati yang menyembunyikan perasaan, lihatlah, resapilah, pahamilah, bahwa aku
percaya, kau hadir bukan hanya sekedar
menunjukkan seberapa hebat dan indah segala tutur kata yang diucapkan, tetapi
kau bisa saja menunjukkannya dari do’a-do’a tersembunyi yang dipanjatkan setiap
saat. Dari usaha-usaha yang melengkapi setiap coreatan harapan yang pernah
tercipta.
Duhai
hati yang menguasai perasaan, Kau sungguh istimewa. Tak sepantasnya kau seperti
air yang menguap. Hilang begitu saja saat kau telah benar-benar melekat di jiwa
seseorang. Kau terlalu istimewa bagi siapapun. Kau tak boleh hilang. Karena aku
yakin kau ada karena untuk melengkapi hidup. Kau ada karena untuk menutupi
kekurangan. Kau ada karena untuk berbagi duka-lara dan suka-cita.
Duhai
hati, bolehkah aku berbicara kepadamu tentang sesuatu yang harus kau tahu,
bahwa aku tidak bisa menuliskan kata-kata apapun untukmu. Kau sungguh istimewa.
Hingga tak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Kau selalu mempunyai sisi-sisi
yang berbeda. Seperti air mata. Kadang menetes karena duka, kadang pula karena
suka.
Duhai
hati yang menjaga perasaan, aku percayakan kau pada waktunya. Karena aku yakin
kelak waktu akan menjemput di saat yang tepat dan lebih baik. Maka, selama
menunggu waktu biarkanlah hati yang berbicara. Lewat apapun. Karena hati seperti
mata air juga air mata. (Redza)
Something has gonna very special in
our soul...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar