Kalian
pernah punya topeng?. Nah, lihat saja, bukankah topeng selalu menutupi wajah
asli kalian jika kalian memakianya?. Topeng yang kau kenakan, sejatinya adalah
untuk menutupi wajahmu. Jika waktunya memang tepat, topeng itu akan
membimbingmu memainkan peran sesuai karakternya bukan?. Lihat saja dalam sebuah
seni-seni pertunjukknan.
Ah
itulah topeng, ada yang menganggap topeng itu indah, ada yang menganggap topeng
itu menyeramkan. Well, apapun penafsirannya,
topeng bisa saja kau anggap sebagai ‘wajah samaran’, dia akan menutupi wajah
aslinya. Tetapi bukankah topeng itu hanya dipakai jika memang harus dipakai.
Ketika orang sedang pentas, ketika orang harus berlagak ‘misterius’, ketika
orang harus menutupi wajhnya yang sedang ‘sakit’. Tetapi bukankah itu hanya
sementara. Topeng tak selamanya harus dikenakan. Karena itu hanya akan
membuatmu menjadi ‘bayangan’. Karena itu hanya akan membuatmu menutupi semua
hal tentang dirimu.
Duhai
topeng, seindah apapun kau dibuat, seharusnya kau tidak selamanya akan
dikenakan. Banyak orang yang ingin ‘bebas’, melepas semua kepenatan yang selama
ini mengurungnya. Banyak orang ingin ‘lepas’, menunjukkan jati diri yang
sebenarnya-yang mungkin selama ini telah terkubur. Banyak orang yang ingin
merasakan sensasi ‘plong’, membebaskan segala bentuk kebohongan.
Ya,
karena hidup selalu banyak terdapat sandiwara. Hingga terkadang kita tidak lagi
bisa membedakan mana yang asli ataupun palsu. Mana yang dibuat-buat atau apa
adanya. Ah, itulah hidup, hingga kita bisa saja tertipu dengan topeng yang dikenakan.
Hingga orang bilang menunjukkan diri dengan topeng itu akan terlihat lebih ‘gagah’
daripada melepaskan topengnya. Entahlah, barangkali menjadi ‘tokoh sandiwara’
itu lebih menyenangkan daripada menjadi diri sendiri.
Bisa
jadi, banyak orang akan tahu bahwa kau akan terlihat baik, hebat, dan kuat dengan
topeng yang kau kenakan. Tetapi sekali saja orang lain tahu topeng itu kau
lepas, maka orang lain akan melihatmu dari yang tadinya baik menjadi jahat,
hebat menjadi payah, kuat menjadi lemah tak berdaya. Melemparmu yang semula
berada di langit, hingga kau terkapar tak berdaya jatuh ke dasar laut. Amat
menyakitkan bukan?.
Duhai
kawan, ada saatnya kita harus melepas segala topeng kepura-puraan yang mungkin
selama ini telah membelenggu diri kita. Ada saatnya kita harus meraih jati diri
kita yang sesungguhnya-yang mungkin selama ini telah dicuri oleh topeng
kemunafikan. Ada saatnya juga kita harus memindahkan brikade-brikade yang
menutupi kebebasan kita-yang telah merantai kaki, tangan, dan seluruh tubuh
dalam menunjukkan keceriaan kita.
Tak
apalah, meskipun orang lain melihat kau ‘buruk rupa’, tetapi sejatinya kau
telah menunjakn dirmu yang apa adanya. Ah sudahlah, lepaskan saja topeng yang
menutupimu!. Karena, apa adanya itu jauh lebih mengasyikkan... J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar